KEPERAWATAN JIWA
I
RESPONS KONSEP
DIRI dan KELAINAN DISOSIASI :
GANGGUAN CITRA
TUBUH
OLEH :
· BRILIAN SAMUEL DEHES
· JULIANA DEWI ANJANI
· MONIKA SELPIYA
KEPERAWATAN
REGULER XIV A
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN PALANGKA RAYA
JURUSAN
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2012
- 2013
Kasus
Tn/Ny
35 tahun wiraswasta sukses, 6 bulan yang lalu kerugian besar dan bangkrut.
Sejak saat itudia sering mengurung diri, nafsu makan tidak ada, sulit tidur,
suka mengeluh nyeri dada dan mengeluh sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan
dokter Tn/Ny tersebut mengalami goncangan emosi.
RESPONS KONSEP DIRI dan KELAINAN DISOSIASI
Gangguan citra tubuh, ideal diri,
harga diri, penampilan peran, dan identitas personal, termasuk ke dalam pokok
bahasan masalah respons konsep diri dan kelainan disosiasi.
Konsep diri didefinisikan sebagai
semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep – diri
seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
dengan relaitas dunia. Salah satu komponen konsep diri yang akan dibahas dalam
kasus ini adalah Gangguan Citra tubuh.
Citra tubuh adalah kumpulan dari
sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk
persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi
dan pengalaman yang baru.
Citra tubuh merupakan komponen dari
konsep diri yang dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Kepribadian yang sehat
Individu
dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal berikut:
1.
Citra tubuh yang positif dan
sesuai.
2.
Ideal diri yang realistik.
3.
Konsep diri yang positif.
4.
Harga diri
yang tinggi.
5.
Penampilan
peran yang memuaskan.
6.
Rasa
identitas yang jelas.
Faktor predisposisi
Berbagai faktor yang menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relaistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal
diri yang tidak relaistik.
2.
Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipe peran seks, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran kultural.
3.
Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari
kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
GAMBAR 1
Rentang respons konsep diri, sumber : www.google.co.id
Stresor pencetus
Stresor pencetus mungkin ditimbulkan
dari sumber internal dan eksternal :
1.
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2.
Ketegangan
peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
§ Transisi
peran perkembangan adalah
perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma
budaya, nilai – nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
§ Transisi peran
situasi terjadi dengna bertambah
atau berkurangnya anggota keluarga melalui kehiran dan kematian.
§ Transisi peran sehat – sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaa
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
Ø Kehilangan bagian tubuh
Ø Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh
Ø Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal
Ø Prosedur medis dan keperawatan
A.
Gangguan Citra Tubuh
1.
Pengertian
Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh
adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah perasaan
tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan.
2.
Etiologi
Kondisi Patofisiologi dan Psikopatologis dan prosedur
terapeutik yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh :
Eksisi bedah atau gangguan
bagian tubuh
·
enterostomi
·
mastaktomi
·
histerektomi
·
pembedahan
kardiovaskuler
·
pembedahan
leher radikal
·
laringektomi
Amputasi pembedahan atau
traumatik
Luka bakar
Trauma wajah
Gangguan makan
·
anoreksia
nervosa
·
bulimia
Obesitas
Gangguan muskuluskeletal
·
atritis
Gangguan integumen
·
Psoriasis
·
Skar sekunder
akibat trauma atau pembedahan
Lesi otak
·
Cerebrovaskular
accident
·
Demensia
·
Penyakit
parkinson
Gangguan afektif
·
Depresi
·
Skizofrenia
Gangguan endokrin
·
Akromegali
·
Sindroma
chusing
Penyalahgunaan bahan kimia
Prosedur diagnostik
Kehilangan atau
pengurangan fungsi
·
Impotensi
·
Pergerakan/kendali
·
Sensori/persepsi
·
Memori
Terapi modalitas
·
Teknologi
tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi, dialisis)
·
Kemoterapi
Nyeri
Perubahan psikososial atau
kehilangan
·
Perubahan
volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
·
Dukungan
orang terdekat
·
Perceraian
·
Kepemilikan
pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
·
Translokasi/relokasi
Respon masyarakat terhadap
penuaan (agetasim)
·
Umpan balik
interpersonal negatif
·
Penekanan
pada produktivitas
Defisit pengetahuan (personal, pemberi
asuhan, atau masyarakat)
3.
Klasifikasi NOC
Data
Objektif :
a.
Mengurung diri
b.
Dari hasil pemeriksaan dokter
pasien mengalami Goncangan Emosi.
c.
Hilangnya bagian tubuh.
d.
Perubahan anggota tubuh baik
bentuk maupun fungsi.
e.
Menyembunyikan atau memamerkan
bagian tubuh yang terganggu.
f.
Menolak melihat bagian tubuh.
g.
Aktifitas sosial menurun.
Data
Subyektif :
a.
Nafsu makan tidak ada.
b.
Sulit tidur
c.
Pasien suka mengeluh nyeri di
dada.
d.
Pasien mengeluh sesak nafas.
e.
Menolak perubahan anggota tubuh
saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.
f.
Mengatakan hal negatif tentang
anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
g.
Mengungkapkan perasaan tidak
berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
h.
Menolak berinteraksi dengan
orang lain.
i.
Mengungkapkan keinginan yang
terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
j.
Sering mengulang-ulang
mengatakan kehilangan yang terjadi.
k.
Merasa asing terhadap bagian
tubuh yang hilang.
4.
Intervensi berdasarkan NIC dan kriteria hasil berdasarkan
NOC
Individu
:
a.
Tujuan dan kriteria hasil
1)
Pasien dapat mengidentifikasi
citra tubuhnya.
2)
Pasien dapat mengidentifikasi
potensi ( aspek positif ) dirinya.
3)
Pasien dapat mengetahui
cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
4)
Pasien dapat melakukan
cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
5)
Pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain tanpa terganggu.
b.
Tindakan Keperawatan
1)
Diskusikan persepsi pasien
tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan
harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
2)
Diskusikan potensi bagian tubuh
yang lain.
3)
Bantu pasien untuk meningkatkan
fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4)
Ajarkan pasien meningkatkan
citra tubuh dengan cara :
a)
Gunakan protese, wig, kosmetik
atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru.
b)
Motivasi pasien untuk melihat
bagian yang hilang secara lengkap.
c)
Bantu pasien menyentuh bagian
tersebut.
d)
Motivasi pasien untuk melakukan
aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal.
5)
Lakukan interaksi secara
bertahap dengan cara :
a)
Susun jadwal kegiatan
sehari-hari.
b)
Dorong melakukan aktifitas
sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas keluarga dan sosial.
c)
Dorong untuk mengunjungi teman
atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya.
d)
Beri pujian terhadap
keberhasilan pasien melakukan interaksi.
Keluarga
:
a.
Tujuan dan kriteria hasil
1)
Keluarga dapat mengenal masalah
gangguan citra tubuh.
2)
Keluarga mengetahui cara
mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
3)
Keluarga mampu merawat pasien
gangguan citra tubuh.
4)
Keluarga mampu mengevaluasi
kemampuan pasien dan memberikan pujian atas keberhasilannya.
b.
Tindakan Keperawatan
1)
Jelaskan dengan keluarga
tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
2)
Jelaskan kepada keluarga cara
mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
3)
Ajarkan kepada keluarga cara
merawat pasien :
a)
Menyediakan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan pasien dirumah.
b)
Memfasilitasi interaksi di
rumah.
c)
Melaksanakan kegiatan di rumah
dan sosial.
d)
Memberikan pujian atas kegiatan
yang telah dilakukan pasien.
4)
Ajarkan kepada keluarga untuk
mengevaluasi perkembangan kemampuan pasien seperti pasien mampu menyentuh dan
melihat anggota tubuh yang terganggu, melakukan aktifitas di rumah dan di
masyarakat tanpa hambatan.
5)
Beri pujian yang realistis
terhadap keberhasilan keluarga.
6)
TAK : stimulasi persepsi HDR.
4.
Intervensi Spesialis
a.
Terapi Individu : Terapi
CBT, terapi kognitif.
b.
Terapi Keluarga : Family
system therapy, terapi komunikasi.
c.
Terapi Kelompok : Logoterapi,
terapi supportif.
d.
Terapi Komunitas : Psikoedukasi.
5.
Implementasi
Tindakan
terhadap Perubahan Konsep Diri ( Gangguan Citra Tubuh )
Intervensi
keperawatan membantu pasien memeriksa penilaian kognitif dirinya terhadap
situasi yang berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien meningkatkan penghayatan
diri dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah perilaku. Pendekatan
penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang progresif, sebagai
berikut :
a.
Meluaskan kesadaran diri
b.
Eksplorasi diri
c.
Evaluasi diri
d.
Perencanaan yang realistik
e.
Komitmen terhadap tindakan
Tabel 1.1 Intervensi
keperawatan untuk mengubah konsep diri
pada Tingkat 1
Prinsip
|
Rasional
|
Intervensi
Keperawatan
|
|
Tujuan
: Meluaskan Kesadaran Diri Pasien
|
|||
Bina hubungan terbuka, saling
percaya.
Bekerja dengan pasien bagaimanapun
kekuatan egonya.
Maksimalkan peran serta pasien dalam
hubungan terapeutik.
|
Kurangi ancaman yang terlihat dalam
sikap perawat terhadap pasien, bantu pasien untuk meluaskan dan menerima
semua aspek kepribadian.
Kekuatan ego tingkat tertentu,
seperti kapasitas untuk uji realitas, kontrol diri, atau tingkat integritas
ego, dibutuhkan sebagai dasar asuhan keperawatan kemudian.
Timbal balik diperlukan bagi pasien
untuk menerima tanggung jawab terhadap perilaku dan respons kopinnya yang
maladaptif.
|
Tawarkan penerimaan tanpa syarat.
Dengarkan pasien.
Dukung pembahasan tentang pikiran dan
perasaan pasien.
Berespons tanpa mendakwa.
Sampaikan bahwa pasien adalah seorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
Identifikasi kekuatan ego pasien.
Pedoman bagi pasien dengan sumber ego
yang terbatas :
1. Mulai dengan meyakinkan identitas
pasien.
2. Berikan dukungan untuk mengurangi
tingkat ansietas panik.
3. Dekati pasien dengan cara tidak
menuntut.
4. Terima dan upayakan klarifikasi
komunikasi verbal dan nonverbal.
5. Cegah pasien dari pengisolasian diri.
6. Bina rutinitas yang sederhana bagi
pasien.
7. Tetapkan batasan untuk perilaku yang
tidak tepat.
8. Orientasi pasien terhadap realitas.
9. Kuatkan perilaku yang sesuai.
10. Tingkatkan aktifitas dan tugas yang
dapat memberikan pengalaman positif secara bertahap.
11. Bantu dalam kebersihan dan kecantikan
diri.
12. Dukung pasien dalam asuhan mandiri.
Tingkatkan peran serta pasien secara
bertahap dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan asuhan dirinya.
Sampaikan bahwa pasien adalah
individu yang bertanggung jawab.
|
|
Tabel 1.2 Intervensi
keperawatan untuk mengubah konsep diri
Tingkat 2
Prinsip
|
Rasional
|
Intervensi
Keperawatan
|
Tujuan
: Mendukung Eksplorasi Diri Pasien
|
||
Bantu pasien untuk menerima
perasaan-perasaan dan pikiran – pikirannya.
Bantu pasien mengklarifikasi konsep
diri dan hubungan dengan orang lain melalui pengungkapan diri.
Waspada dan kendalikan perasaan anda
sendiri.
Berespons empatik, bukan simpatik,
tekankan bahwa kekuatan untuk berubah berada pada pasien.
|
Dengan menunjukkan minat dan
penerimaan terhadap perasaan dan pikiran pasien, perawat membantu pasien
untuk melakukan hal yang sama.
Pengungkapan diri dan pemahaman
terhadap persepsi diri diperlakukan untuk membawa perubahan yang akan datang;
pengungkapan diri dapat mengurangi ansietas.
Kesadaran diri memungkinkan perawat
memberikan model perilaku autentik dan membatasi pengaruh negatif
kontertransferens dalam hubungan.
Simpati dapat menimbulkan rasa
kasihan pasien; sebaliknya, perawat harus mengkomunikasikan bahwa situasi
kehidupan pasien memerlukan kendali diri.
|
Dukung ekspresi emosi, keyakinan,
perilaku, dan pikiran pasein-secara verbal, nonverbal, simbolik, atau
langsung.
Gunakan keterampilan komunikasi
terapeutik dan respon empati.
Catat penggunaan pemikiran logik dan
tidak logik pasien serta laporkan dan amati respon emosinya.
Bangkitkan persepsi pasien tentang
kelebihan dan kekurangan diri yang dimiliki.
Bantu pasien untuk menguraikan ideal
diri.
Identifikasi kritik diri pasien.
Bantu pasien untuk menguraikan
keyakinan tentang bagaimana ia berhubungan dengan orang lain dan dengan
peristiwa.
Terbuka terhadap perasaan anda
sendiri.
Terima perasaan positif dan negatif.
Gunakan diri secara terapeutik dengan
:
1. Berbagi perasaan anda dengan pasien.
2. Mengungkapkan tentang apa yang
mungkin orang lain rasakan.
3. Mencerminkan persepsi anda terhadap
perasaan pasien.
Gunakan respons empatik dan pantau
diri anda terhadap perasaan simpati dan kasihan.
Tegaskan bahwa pasien bukan tidak
berdaya atau tak kuasa dalam menghadapi masalah.
Tunjukkan pada pasien baik secara
verbal maupun melalui perilaku bahwa pasien bertanggung jawab terhadap
perilakunya sendiri, termasuk memilih respon koping yang adaptif dan
maladaptif.
Gunakan sistem pendukung dari
keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi eksplorasi diri pasien.
Bantu pasien dalam mengenali sifat
konflik dan respon koping maladaptif.
|
Tabel 1.3 Intervensi
Keperawatan terhadap perubahan konsep diri Tingkat
3
Prinsip
|
Rasional
|
Intervensi
Keperawatan
|
Tujuan
: Membantu Evaluasi Diri Pasien
|
||
Bantu pasien untuk menjabarkan
masalah secara jelas.
Gali respons adaptif dan maladaptif pasien terhadap masalah.
|
Hanya setelah masalah dujabarkan
dengan benar, pilihan alternatif dapat diusulkan.
Penggalian koping tersebut penting
untuk memeriksa pilihan koping pasien dan mengevaluasi akibat positif dan
negatif.
|
Identifikasi stresor yang relevan dan
penilaian pasien terhadap stresor.
Klarifikasi bahwa keyakinan pasien
mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
Identifikasi bersama keyakinan yang
salah, persepsi yang tidak benar, ilusi dan tujuan yang tidak realistik.
Identifikasi bersama area kekuatan.
Tempatkan konsep keberhasilan dan
kegagalan dalam pandangan yang sesuai.
Gali penggunaan sumber koping pasien.
Uraikan kepada pasien bahwa semua
respons koping dapat dipilih dan mempunyai akibat baik positif maupun
negatif.
Bandingkan respon adaptif dan
maladaptif.
Identifikasi bersama kerugian respons
koping yang maladaptif.
Identifikasi bersama keuntungan, atau
“hasil” respons koping adaptif.
Bahas bagaimana hasil tersebut
mendukung penggunaan respons koping adaptif selanjutnya.
Gunakan berbagai keterampilan
terapeutik, seperti :
1. Komunikasi fasilitatif.
2. Konfrontasi suportif.
3. Klarifikasi peran.
4. Reaksi transferens dan
kontertransferens dalam hubungan perawat-pasien.
5. psikodrama
|
Tabel 1.4 Intervensi
Keperawatan terhadap perubahan konsep diri Tingkat
4
Prinsip
|
Rasional
|
Intervensi
Keperawatan
|
Tujuan
: Membantu Pasien dalam Merumuskan Rencana Tindakan yang Realistik
|
||
Bantu pasien mengidentifikasi solusi
alternatif.
Bantu
pasien mengkonsepualisasi tujuan yang realistik
|
Hanya setelah semua alternatif yang
memungkinkan dievaluasi baru dapat terjadi suatu perubahan.
Penetapan tujuan harus mencakup
jabaran yang jelas tentang perubahan yang diharapkan.
|
Bantu pasien memahami bahwa hanya dia
yang dapat mengubah dirinya, bukan orang lain.
Jika pasien berpegang pada persepsi
yang tidak konsisten, bantu pasien untuk melihat bahwa dia dapat mengubah :
1. keyakinan atau ideal mendekati suatu
kenyataan.
2. Lingkungan membuatnya konsisten
dengan keyakinan pasien.
Jika konsep diri tidak konsisten
dengan perilaku, pasien dapat mengubah :
1. Perilaku yang sesuai dengan konsep
diri.
2. Keyakinan yang melatar belakangi
konsep diri termasuk perilaku.
3. Ideal diri.
Tinjau bersama bagaimana pasien dapat
lebih baik menggunakan sumber koping.
Dorong pasien untuk merumuskan
tujuannya sendiri ( bukan tujuan anda ).
Bahas bersama konsekuensi yang
bersifat emosional, praktikal dan realistik dari tiap tujuan.
Bantu pasien untuk menjabarkan secara
jelas perubahan konkrit yang diinginkan.
Gunakan latihan peran, contoh peran,
permainan peran, dan visualisasi jika sesuai.
|
Tabel 1.5 Intervensi
Keperawatan terhadap perubahan konsep Gangguan Citra Diri Tingkat 5
Prinsip
|
Rasional
|
Intervensi
Keperawatan
|
Tujuan
: Membantu Pasien agar Bertekat untuk Membuat Keputusan dan Mencapai
Tujuannya Sendiri
|
||
Bantu pasien melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mengubah respons koping maladaptif dan mempertahankan
respons koping yang adaptif.
|
Tujuan utama dalam meningkatkan
penghayatan adalah membuat pasien mengganti respons koping yang maladaptif
dengan yang lebih adaptif.
|
Berikan kesempatan kepada pasien
untuk mengalami suatu keberhasilan.
Dukung kekuatan, keterampilan, dan
aspek yang sehat dari kepribadian pasien.
Dukung pasien untuk memperoleh
bantuan (pekerjaan, finansial, pelayanan masyarakat ).
Gunakan kelompok untuk meningkatkan
harga diri pasien.
Tingkatkan perbedaan diri pasien
dalam keluarga.
Beri pasien waktu yang cukup untuk
berubah.
Beri sejumlah dukungan yang sesuai
dan positif untuk membantu pasien mempertahankan kemajuannya.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Meridean
L. Maas, et al. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN
GERIATRIK : DIAGNOSIS NANDA, KRITERIA HASIL NOC, & INTERVENSI NIC.
Jakarta : EGC.
Stuart,
Gail Wiscarz. 1998. Buku Saku Keperawatan
Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC.
tks info nya
BalasHapus